Setelah minggu lalu saya share momen bahagia saat Odi melamar saya di Bali, ternyata banyak yang bertanya apa penyakitnya Odi. Banyak juga yang berspekulasi kalau Odi pengidap penyakit jantung. Bukan, semuanya alhamdulillah baik – baik aja. Odi nggak punya riwayat penyakit jantung dan sakitnya dia kemarin itu cuma asam lambungnya yang naik ke paru – paru dan akhirnya dia sesak napas. Ini beneran, saat saya googling mencari penyebab penyakitnya pun sempet bingung. Karena gejalanya mirip serangan jantung atau angin duduk. Makanya, saya sebagai satu – satunya orang yang ada disampingnya saat itu jadi panik dan mau nangis rasanya.

sesak napas karena telat makan - delapankata - putrikpm 4
Langit di Bali cantik yah :3

Semuanya berawal saat kami berdua menunggu Mbak Shintaries, Mbak Nunik Utami dan Salman di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Jadwal pesawat kami siang itu sekitar jam setengah 3 sore. Saya dan Odi sudah sampai di Bandara dari jam 1-an. Akhirnya, kami berdua memesan masing – masing seporsi Bakmie Spesial di gerai Bakmie GM yang ada di lobby terminal 3. Sejam kemudian, Mbak Shinta dan Mbak Nunik datang. Mereka juga ikutan makan Bakmie sambil menunggu Salman. Oh ya, sebelum berangkat ke Bali, Odi memang sudah sakit. Sudah beberapa hari dia terkena Flu Tulang yang mengakibatkan sendi – sendi di pergelangan tangan dan kakinya nyeri. Jadi, Odi nggak bisa bersalaman karena tangan kanannya kaku, dan berjalanpun harus pelan – pelan. Saya nggak akan cerita banyak tentang Flu Tulang ini karena saya pun nggak terlalu tau banyak. Intinya kalau seseorang kena Flu Tulang harus bed rest dan minum air putih yang banyak. Untuk membuat tubuhnya nyaman, saya sengaja membeli sebotol minyak angin aromaterapi favoritnya Odi.

Saat ingin boarding, ternyata pesawat kami delay 45 menit dari jadwal. Kami bersembilan (semua anggota rombongan sudah datang) menunggu sambil ngobrol seru – seruan. Kondisi Odi sejauh itu masih baik – baik aja, bahkan dia masih bisa bercanda bareng Salman yang sibuk rekam sana rekam sini. Sekitar jam 4 lewat, kami baru masuk ke pesawat. Udara sore itu lumayan panas menyengat. Dan bodohnya, saya lupa bawa persiapan air minum atau camilan untuk di pesawat. Selama di pesawat pun Odi masih asyik bercanda dan ketawa – ketawa. Nggak ada yang berubah dan dia pun nggak ngeluh apa – apa. Cuma memang pesawat kami beberapa kali mengalami turbulance yang membuat saya agak gemetar. Saya termasuk orang yang takut terbang, makanya sepanjang perjalanan saya menggenggam tangan Odi terus menerus.

sesak napas karena telat makan - delapankata - putrikpm 3

Sampai di Bali sekitar pukul 7 malam, muka Odi sudah mulai pucat. Diajak foto – foto aja hawanya udah nggak enak. Ditanya kenapa dia cuma diem aja, nggak ngeluh apa – apa. Kami akhirnya memilih makan malam dulu baru ke hotel. Saya memesankan Odi semangkuk Cap Cay Kuah dan nasi hangat plus teh manis hangat. Saat menyuapkan Odi – karena tangan kanannya nggak bisa menggenggam sendok – dia makannya udah mulai ogah – ogahan. Cuma mau makan nasi hangat ditambah kuah sayur. Makan seafood-nya pun udah nggak mau. Nggak berapa lama kemudian akhirnya dia mengeluh perutnya mual dan napasnya sesak. Saya pikir dia masuk angin biasa, tapi ternyata setelah minum teh manis hangat pun badannya belum membaik. Malahan dia bilang nggak bisa napas sama sekali. Saya panik, dan akhirnya rombongan kami buru – buru memesan UBER untuk ke hotel.

Ada drama selama menunggu jemputan, ternyata memang agak rawan memesan UBER di lingkungan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Kami harus bersembunyi mencari para driver yang memarkirkan mobilnya di parkiran tamu. Dan ternyata, driver kami nggak paham dimana letak hotel tempat kami menginap di Bali. Another drama’s begin. Saya harus bolak – balik buka GPS (karena driver nggak mau ngecek pake aplikasi GPS) sambil terus – terusan memastikan Odi nggak pingsan. Setengah jam sudah berlalu, kami akhirnya sampai di lobby hotel. Dan ternyata drama kami belum berakhir, kamar kami lokasinya di lantai 3 dan hotelnya nggak punya lift! Dengan tergopoh – gopoh saya akhirnya memapah Odi, membawa satu koper dan satu ransel. Sampai di kamar hotel, saya menyuruh Odi untuk tidur dalam posisi setengah duduk. Lalu saya balurkan minyak angin aromaterapi di dada, kaki dan kepalanya.

Selama dadanya sesak, Odi marah – marah nggak karuan. Memaksa saya untuk browsing apa penyakitnya. Dan semua yang saya temukan justru artikel tentang angin duduk. Saya yakin ini bukan angin duduk, entah kenapa feeling saya nggak setuju sama semua artikel yang saya temukan. Akhirnya saya pijit tubuhnya Odi sebisa saya lalu saya minumkan air hangat berkali – kali. Beberapa jam kemudian, sesaknya mulai berkurang walau belum hilang.

Keesokkan paginya, saya bangun pagi – pagi sengaja untuk bisa membawa Odi ke dokter. Dia menolak dan kekeuh mau ikutan jalan – jalan. Setelah bolak – balik turun ke lantai 1, akhirnya dia pasrah, napasnya sesak lagi. Mau nggak mau saya meninggalkan dia sendirian di kamar hotel. Sebelum pergi, saya sempat menelepon salah satu apoteker dan konsultasi tentang kondisinya Odi. Dengan sabar sang apoteker memberikan saran yang sama sekali nggak terpikir sama saya.

“Coba Mbak belikan obat penghilang gas lambung, deh. Itu bukan serangan jantung, cuma asam lambung yang naik ke paru – paru dan akhirnya bikin sesak napas.”

Dan rasanya saya mau jedotin kepala ke tembok. Kok nggak kepikiran sama sekali sih? Setelah pulang dari jalan – jalan ke Desa Penglipuran dan Pura Luhur Uluwatu, akhirnya saya mampir ke minimarket untuk beli Gazero dan beberapa bungkus Tolak Angin. Sampai di hotel, Odi meminum Gazero, setengah jam kemudian dia lahap makan nasi goreng tek – tek. Dan sekitar 2 jam kemudian, he tell me that he feeling much better. Hingga akhirnya dia bisa tidur pules sampai besok paginya. Keesokkan harinya? Dia udah ikutan jalan – jalan ke Tegal Alang dan Pantai Kuta hahahah.

Jadi sebenernya kenapa Odi sesak napas?

Karena dia lapar tapi nggak bilang, dan akhirnya asam lambungnya naik ke paru – paru dan yaudah jadi sesak napas. Pesan moral gara – gara kejadian ini adalah saya nyetok banyak obat penghilang gas dan obat masuk angin. Selalu nyuruh Odi makan sebelum pergi kemana – mana dan bawa camilan yang banyak. Odi termasuk perut karet, udah makan tapi dia bakalan tetep nyemil yang banyak. -_________-

sesak napas karena telat makan - delapankata - putrikpm 2
Pas udah sembuh langsung semangat jalan – jalannya -___-

Nah yaudah, jadi nggak selamanya sakit maag cuma mual atau kembung, bisa juga jadi sesak napas kayak Odi. Kalau udah terlanjur sesak napas, coba ikutin saran dari saya berikut:

  • Jangan panik. Sebagai orang yang ada disamping si pasien, sebisa mungkin kita harus tenang dan rileks.
  • Dudukkan pasien dengan keadaan setengah tidur. Pokoknya badannya harus tetap tegak dan kakinya lurus.
  • Buka baju pasien dan beri ruang, jangan dikerubutin. Soalnya kalau udah sesak bakalan butuh udara lebih banyak.
  • Minumkan obat penghilang gas perut atau obat masuk angin, bisa coba pakai Gazero atau Tolak Angin. Obatnya bisa dicampur dengan teh tawar panas atau air hangat.
  • Yang terakhir dan yang penting, beli makanan. Si pasien harus makan tapi jangan banyak – banyak, cukup sedikit aja. Misalnya roti sobek atau nasi dengan sayur.

Kalau sudah melakukan 5 step di atas dan kondisi pasien masih juga belum pulih, harus segera dibawa ke dokter. Takutnya ternyata bukan sesak napas biasa kan serem juga. Gara – gara sakitnya Odi kemarin, saya jadi agak aware dengan jam makan dan makanan yang dimakan sama Odi. Jadi agak overprotective sih, cuma ya nggak apa lah demi kesehatan.

Anyway untuk teman – teman, jangan lupa untuk selalu makan makanan yang sehat dan kurangi minyak ya. Plus jangan lupa minum vitamin C sebelum beraktifitas. Semoga kita semua selalu sehat wal afiat ya! See you on my next Jumat Curhat!

header delapankata

14 thoughts on “Sesak Napas Karena Telat Makan?

  1. Temanku pernah ngalamin mba. Saat itu akhirnya aku tahu kalau asam lambung bisa naik ke paru. Duh, ngeri..
    Pelajaran penting buatku untuk tidak melewatkan sarapan dan nggak boleh telat makan

    Like

  2. Saya juga punya asam lambung, Mba Putri. Tapi gak sampai sesak napas., hanya suka nyeri di perut bagian kiri saya. Kalo udah gitu, bisa lanjut ke punggung nyerinya. Mudah-mudahan gak sampai sesak napas, deh!
    Semoga Odi cepet sembuh ya, dan yang terpenting memang jangan sampai telat makan.

    Like

  3. Baiknya lambung memang harus diisi setiap 3 jam dan kalau memang sudah pernah ada kejadian sakit maag gini, nextnya si empunya badan harus selalu siap cemilan dan obat maag 😉

    Like

  4. Saya juga penderita asam lambung. Sedih gak bisa ngopi. Tapi ternyata bukan hanya kopi penyebabnya mba put, tapi juga banyak hal; Rokok, begadang, tidur abis makan besar, sering makan pedes, minum-minuman bersoda dan banyak lagi. Untuk rokok, begadang dll bisa ditahan, untuk kopi kadang liat orang ngopi jadi pengen.

    Tipsnya udah komplit,

    Like

  5. Syukurlah gak terjadi apa-apa yang lebih parah. Semoga sehat terus ya dan gak ada penyakit yg serius.

    Kalau saya sih memang kalau pergi-pergi pasti gak boleh telat makan. Selalu siapin camilan dan diusahakan bawa tolak angin 🙂

    Like

  6. Iya bener. Kalo punya sakit maag telat makan or masuk angin bisa sesak napas. Saya punya maag n asma. Kadang kalo sesak suka bingung ini gara2 maag or asma. Biasanya coba dipijet dikit sampe agak lega baru dirasa2 yg mana penyebabnya

    Like

  7. Saya pernah ngalamin mbak. Seluruh badan sakit nggak jelas dan nggak bisa mendefinisikan sakit di sebelah mana. Saya minum kunyit anget, baru deh ilang semua gejala itu.

    Like

  8. tapi tetep asam lambung ini ga bisa disepelein ya mbak.. kemarin2 kan udh 2 selebritis yg meninggal krn asam lambung yg memang udh parah .. akupun termasuk yg maagnya suka kumat kalo telat makan.. makanya sejak tau ini bahaya, aku mulai jaga makan sih..

    Like

Share your thought about this post here :)