Sebenernya kemarin nggak mau umbar – umbar cerita bahagia yang satu ini, cuma kok kayaknya sayang aja kalau berita bahagia kok disimpen sendiri. Semuanya berawal saat saya dan Odi bareng teman – teman BlogHolic berlibur ke Bali. Entah kenapa saat terbang dari Jakarta menuju Bali, Odi tiba – tiba sesak napas. Dadanya terasa nyeri dan dia susah banget buat napas. Saya jadi panik sendiri karena waktu itu di Bali udah lumayan malam, sekitar jam 8an kalau saya nggak salah. Saya akan ceritain apa yang terjadi sama Odi dan bagaimana saya merawatnya di postingan selanjutnya.

Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata 7

Long story short, saat sampai di hotel, saya harus memapah Odi naik ke lantai 3 – karena hotel tempat kami menginap nggak punya lift huhuhu. Setelah selesai berberes, Odi masih ngerasa nyesek dan akhirnya harus tidur dengan kondisi setengah duduk. Dia nggak bisa rebahan sama sekali karena kalau salah bergerak dadanya semakin sesak. Saya yang malam itu udah keburu capek, akhirnya pamit untuk tidur duluan. Sebenernya nggak tega juga ninggalin Odi kesusahan bernapas, tapi rasa ngantuk bener – bener menguasai saya. Setelah membeli air minum hangat dan membenarkan posisi setengah duduk Odi, saya akhirnya tertidur pulas.

Keesokkan harinya, kondisi pacar saya belum juga membaik. Awalnya Odi memaksa untuk ikut trip keliling Bali, cuma ternyata dadanya makin sesak dan akhirnya memutuskan untuk stay di hotel sendirian. Karena rencana hari pertama adalah ke Desa Penglipuran, saya yang emang nggak pengen ribet akhirnya minjem backpack Odi. Soalnya tas selempang yang saya punya ukurannya setengah dari backpack Odi, jadi agak susah untuk memasukkan jacket yang merupakan salah satu koleksi baju wanitafavorit saya. Setelah menyiapkan sarapan untuk Odi, saya pamit untuk ikut rombongan ke Desa Penglipuran dan menikmati sunset di Uluwatu.

Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata 8
Desa Penglipuran

Saat perjalanan menuju Desa Penglipuran, saya agak riweuh sendiri karena sering lupa dimana menaruh kedua ponsel saya. Akhirnya saya berinisiatif untuk memasukkan di bagian dalam backpak. But wait, saya menemukan sebuah dompet kecil berisi kotak berbahan beludru. Deg, saya kaget bukan main. Sekotak tempat cincin berwarna merah menyembul begitu saya membuka resleting dompet tersebut. Karena bingung dan nggak punya feeling apa – apa, saya akhirnya menghubungi Odi.

“Ini cincin punya siapa, Nta?”

“Yah ketauan ya? Itu buat kamu.”

And I have nothing to say. Sekuat tenaga saya menahan air mata yang sebenarnya sudah ingin menetes di kedua pipi saya. Antara bingung, kaget, senang dan terharu. Perasaan saya siang itu sama sekali nggak bisa diungkapkan pakai kata – kata. Rasanya saya bener – bener pengen pulang ke rumah secepatnya. Saya masih setengah percaya sama semua kata – katanya Odi. Sialnya, perjalanan hari itu lumayan panjang. Desa Penglipuran jaraknya lumayan jauh dari hotel tempat kami menginap. Diam – diam saya berharap agar acara jalan – jalan hari itu segera berakhir. Yang ada di otak saya saat itu adalah pulang dan langsung menginterogasi Odi secepatnya.

Selesai dari Desa Penglipuran, ternyata perjalanan kami belum berakhir. Kami melanjutkan perjalanan ke daerah Uluwatu untuk menyaksikan matahari terbenam sekaligus melihat secara langsung pertunjukan Tari Kecak. Kalau boleh jujur, saya kurang menikmati trip hari itu. Perasaan saya masih campur aduk dan bener – bener nggak bisa dijelaskan. Dan diperparah dengan sinyal yang mendadak hilang saat sedang berada di Pura Leluhur, Uluwatu. Shit! Saya mengumpat dalam hati. Saya khawatir dengan kondisi Odi karena kayaknya kondisi dia belum membaik.

Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata 6
Pura Luhur Uluwatu
Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata 5
Tari Kecak

Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata 4

Sekitar jam 7 malam, which means 4 jam sudah berlalu tanpa saya tau bagaimana kondisi Odi, saya langsung menghubungi Odi. Bener aja, Odi masih susah napas ternyata. Saya semakin panik karena sudah 24 jam kondisi Odi belum juga pulih. Perasaan saya semakin nggak karuan karena perut juga perih, saya telat makan. Untungnya temen – temen yang lain memilih untuk mencari makan sebelum pulang. Saya langsung membeli makanan untuk dibungkus dan beberapa botol air mineral plus obat – obatan untuk Odi. Tanpa menunggu teman – teman yang lain, saya memilih untuk memesan ojek online supaya bisa cepet – cepet sampai ke hotel.

Saat sampai di hotel dan menyiapkan makan malam untuk Odi, pikiran saya justru fokus ke perut yang keroncongan. Saking khawatirnya sama Odi, saya malahan nggak inget kapan terakhir makan. Saya akhirnya mandi dan memilih untuk beristirahat sambil menemani Odi makan malam. And here we go, setelah selesai makan malam, Odi membuka tasnya dan mengambil kotak merah berbahan beludru yang sedari pagi sudah mencuri perhatian saya. Di atas tempat tidur, di depan televisi yang dengan setia menayangkan kompetisi menyanyi dangdut favoritnya Odi, dengan saya yang sudah bersiap untuk tidur.

Well, toh kamu juga udah tau kan. Rencananya tuh aku mau kasih ini ke kamu pas dinner. Take a knee, then I say bla bla bla. Tapi aku juga lagi sakit kayak gini dan kamu juga udah keburu tau. Disini aku cuma mau bilang kalau aku serius sama kamu. Bukan waktunya aku yang pacaran cuma cari senengnya aja. Dan aku mau jadi orang yang lebih tanggung jawab lagi buat kamu…”

Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata

And the tears are going down from my face. Saya menangis sesenggukkan tapi nggak bisa ngomong apa – apa. Semua perasaan langsung tumpah sejadi – jadinya.

“Will you marry me?”

Odi melanjutkan kalimatnya sambil memegang jari saya. Dengan telaten ia memasangkan cincin itu di jari manis saya. Saya masih belum menjawab, tapi Odi pasti tau apa jawaban saya. Saya memeluknya, seerat – eratnya semampu saya. Saya menangis di pundak Odi sejadi – jadinya. Odi mengecup pipi saya, mencoba menenangkan saya karena saya terus – terusan menangis. Lalu akhirnya saya tertidur di dalam pelukan Odi dan terbangun dengan mata sembab.

Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata 2

Bagi saya, dengan adanya cincin yang terpasang di jari manis saya, hubungan saya dan Odi baru saja dimulai. Mungkin sebelumnya kami sudah bersama selama 5 tahun, tapi kali ini saya baru benar – benar yakin. One step closer, dan semuanya menjadi lebih indah dari sebelumnya.

Putri Odi Lamaran Di Bali - DelapanKata 3

Terima kasih untuk kamu yang selalu ada disaat sya butuh. Terima kasih untuk segala perasaan dan hal – hal indah yang sudah terjadi selama 5 tahun ini. And I said, I do!

header delapankata

 

38 thoughts on “And I Said, I Do!

  1. Aaaahhh.. So sweet.. Walaupun udah ngucapin di IG, tapi mau ngucapin lagi di sini. Congrats yaaa.. Semoga dimudahkan dan di lancarkan prosesnya menuju hari besar yang dinanti-nantikan itu. Aamiin. 🙂

    Like

  2. hiks, aku ikut terharu deh. Ngembeng di mata ni.
    Trus Odi sekarang gmn mbak Put? Maaf…banget bukan nakut-nakutin kok awalnya spt Bapakku waktu gejala jangtung. Semoga enggak ya, dan tentu — cepet diresmiin, dan langgeng sampai hanya Tuhan yang memisahkan.
    Pokoke turut seneng deh.

    Like

  3. Aaaaa manis bangeeett ! Teringat 15 tahun lalu waktu daku dilamar… uhuuukk :D. Selamat mba Putri… semoga dilancarkan niat baik ini. Moga happy terus ya ;).

    Like

  4. Paling suka baca cerita cinta yang endingnya membahagiakan. Selamat ya mba Putri, semoga lancar sampai hari pernikahannya.

    jadi ingat suami pas melamar hehe

    Like

  5. Puuuuut aku terharuuuu!!!!
    Lancar terus ya persiapannya!!
    Semoga senantiasa berjodoh dan melangkah sama-sama. Aku ikut syenaaaang

    Like

  6. ah, Putriiii… aku bacanya ikut mbrebes mili. Bahagia untukmu ya say, semoga segera disatukan dalam pernikahan dan bahagia selamanya. Jangan lupa undang aku yaaaa…

    Like

Share your thought about this post here :)